Kamis, 22 Desember 2011

Tiga prinsip mendidik di sekolah Jepang


Ada tiga kata penting yang sering di dengar ketika mendengarkan penjelasan guru-guru di Jepang saat kunjungan sekolah atau mengikuti seminar-seminar. Tiga kata itu adalah : `yutori kyouiku`(ゆとり教育),ikiru chikara (生きる力), dan kokoro kyouiku (心教育).
Yutori kyouiku artinya memberikan space dan waktu yang leluasa kepada anak untuk berkembang. Dengan prinsip ini, sekolah di Jepang yang semula libur hanya dua kali hari Sabtu setiap bulan, berubah menjadi 5 hari sekolah. Setiap Sabtu semua sekolah libur. Kebijakan ini pun menyebabkan 30% content pelajaran dipangkas, dan diperkenalkan course baru yaitu `Sougouteki gakusyuu jikan` (総合的学習時間)、integrated course, yang bertujuan untuk mempelajari materi yang lebih membumi. Mengapa demikian ? Karena siswa diajak untuk mengaplikasikan semua ilmu yang dipelajarinya di mata pelajaran yang lain untuk memahami fenomena alam, lingkungannya, kampungnya, dan orang-orang sekitarnya. Dengan kebijakan ini pula siswa hanya belajar materi pokok saja, sedangkan mata pelajaran yang sekunder disajikan dalam integrated course.
Yutori kyouiku mulai dipertanyakan keefektifannya saat ini karena merosotnya prestasi akademik siswa-siswa Jepang di tingkat international (PISA dan TIMMS). Orang tua pun khawatir. Karenanya tahun 2005 Kementrian Pendidikan mengeluarkan kebijakan penerapan `zenkoku gakuryoku tesuto` (全国学力テスト), yaitu test kemampuan akademik secara nasional.
Ikiru chikara artinya potensi atau kemampuan untuk hidup. Dalam bahasa kerennya disebut `zest of living`. Sekolah harus mendidik siswa yang siap berkembang, sehat jasmani, memiliki keinginan untuk hidup (ini mungkin karena banyak anak Jepang yang lebih suka bunuh diri), plus mempunyai semangat bekerjasama yang baik. Aplikasi dari prinsip ini, di sekolah-sekolah Jepang diperkenalkan kegiatan `bukatsudou` (club activities), semacam eskul di Indonesia, yang memungkinkan para siswa berkembang sesuai minatnya. Dampak negatif dari kegiatan ini, banyak siswa yang tertidur di kelas selama jam pelajaran karena kecapekan.
Kokoro kyouiku artinya pendidikan hati/kejiwaan. Anak Jepang harus bermental baja, tidak mudah putus asa, dan melakukan tindakan bunuh diri hanya karena diejek teman. Anak Jepang pun harus berkembang menjadi anak yang pemberani, dermawan, dan segala akhlak mulia lainnya. Bagaimana aplikasinya ? Di sekolah, guru harus memperhatikan kondisi satu per satu anak didik, membantu keterlambatan belajar mereka satu per satu, bekerjasama dengan orang tua. Dampak negatifnya : guru makin lama harus berada di sekolah, karena harus mengamati dan mendata plus mendiskusikan perkembangan anak didiknya dengan pejabat sekolah atau sesama guru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar